BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi Kebidanan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini. Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat dilakukan oleh proesi keperawatan dan Bidan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat dan Bidan bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk. Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat dalam keadaan tanggap bencana. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui Bencana ? 2. Untuk mengetahui Ciri khas Anak berdasarkan Tingkat Usia dan Tumbuh Kembang Anak? 3. Untuk mengetahui Respon Anak terhadap Bencana? 4. Untuk mengetahui tindakan Pertolongan terhadap Anak pada saat Bencana? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bencana Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah yang besar yang menganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat (atau komunitas). Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan korban dan atau kerusakan atau kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau sarana kehidupan pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari komunitas-komunitas yang terlanda untuk mengatasinya. Bencana kadang kala juga dapat menggambarkan situasi bencana besar dimana pola-pola normal khidupan (atau ekosistim) teah terganggu dan intervensi-intervensi darurat dan luar biasa diperlukan untuk menyelamatkan dan mengamankan kehidupan manusia dan atau lingkungan. Bencana-bencana sering dikategorikan sesuai dengan penyebab-penyebab yang dirasakan dan kecepatan dampak. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Jenis-jenis bencana: 1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya. 2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan, sabotase dan lainnya. Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas: 1. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya. 2. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam, banjir, letusan gunung dan lainnya. 2.2 Ciri khas Anak berdasarkan Tingkat Usia dan Tumbuh Kembang Anak Bila seorang teman atau anggota keluarga meninggal atau cedera, kemungkinan anak akan lebih terpengaruh dengan kejadian tersebut, akhirnya anak dapat mengalami gangguan emosional atau setidaknya bersedih. Usia anak ikut memengaruhi respons mereka terhadap bencana. Umumnya dampak negatif yang bisa terlihat pada diri anak akibat musibah ini misalnya trauma berkepanjangan, depresi, sikap apatis dan kehilangan semangat hidup pada anak. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diperlukan usaha atau penanganan yang tepat, agar anak mampu menghadapi musibah dengan sikap yang benar. Sehingga diharapkan anak dapat kembali berada dalam situasi dan kondisi yang tidak menghambat optimalitas pertumbuhan dan perkembangannya di kemudian hari. Anak usia 5-7 tahun misalnya, mungkin menunjukkan reaksi dengan menolak masuk sekolah. Untuk usia remaja, dampaknya mungkin terlihat pada penurunan performa di sekolah. Berikut ini ada sejumlah tip yang bisa dijadikan rujukan para orang tua untuk dalam menenangkan dan menenteramkan anak bila mereka bertanya soal bencana, saat tertimpa bencana, maupun pascabencana. 1. Sediakan Waktu Peluk mereka dan katakan hal-hal yang bisa menenangkan anak supaya mereka merasa lebih aman dan terlindungi dalam situasi emosional saat itu. 2. Gunakan Bahasa Sederhana Jujurlah bicara tentang situasi yang ada, walau tidak harus blak-blakan dengan pemahaman Anda sebagai orang dewasa. Jelaskan kondisi yang sedang menimpa keluarga Anda. Jelaskan bahwa masih ada hari esok untuk memulai hal baru, kegembiraan baru. 3. Jangan Dibesar-besarkan Kejadian buruk bisa menimpa siapa saja. Sebaiknya orang tua tidak mendramatisir keadaan. Hidup manusia pasti diselingi kesenangan dan kesedihan. Tidak ada kesusahan abadi, tidak pula kesenangan abadi. Kedua hal itu bisa datang silih berganti.Jelaskan pula kalau bencana alam bukan sejenis kutukan untuk sesuatu yang tidak mereka lakukan. 4. Pertahankan Rutinitas Rutinitas dapat menenangkan anak. Rutinitas di sini maksudnya makan malam bersama, mendongeng, bernyanyi, berdoa, dll. Dengan adanya rutinitas yang terjaga, anak dapat lebih tenang karena mereka menganggap masih ada hal yang tidak berubah. 5. Berikan Kegiatan Produktif Misalnya membantu menyiapkan meja makan, membereskan tempat tidur, merapikan mainan, dll. Bila merasa kurang baik dalam menangani kecemasan anak, mintalah pertolongan orang yang ahli. 2.3 Respon Anak terhadap Bencana Sejumlah faktor memengaruhi respons anak terhadap bencana alam. Secara naluriah, cara pandang anak dalam memahami sesuatu umumnya berkaca kepada orang tuanya. Oleh karena itu, pemahaman orang tua sendiri terhadap bencana alam menjadi sangat penting. Reaksi anak umumnya bergantung pada seberapa besar kerusakan dan atau kematian yang mereka lihat selama maupun setelah bencana alam. Juga, apakah bencana tersebut menimpa diri mereka sendiri atau hanya menonton di layar kaca. 2.4 Tindakan Pertolongan terhadap Anak pada saat Bencana Anak merupakan 35 persen dari total penduduk di wilayah bencana yang perlu diperhitungkan dan perlu mendapat perhatian orangtua, masyarakat dan pemerintah. Pelajaran besar yang dapat dipetik dari berbagai bencana adalah dampaknya bagi anak-anak terutama anak usia dini. Kelompok inilah yang paling rentan menjadi korban pertama dan paling menderita daripada orang dewasa, karena mereka belum bisa menyelamatkan diri sendiri, sehingga peluang menjadi korban lebih besar. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak (KHA), penanganan anak korban bencana secara cepat dan tepat perlu memperhatikan 4 prinsip KHA: 1. Non diskriminasi, yaitu bertindak adil dan tidak membeda-bedakan pada semua anak. 2. Kepentingan terbaik anak, yaitu mengupayakan semua keputusan, kegiatan, dan dukungan dari para pihak yang berpengaruh semata-mata untuk kepentingan terbaik anak. 3. Mengutamakan hak anak akan hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang, yaitu kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak berdasarkan kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya. 4. Menghormati pandangan anak, yaitu memperhatikan dan memasukkan pandangan anak dalam setiap proses pembahasan dan pengambilan keputusan setiap kegiatan. Untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi sulit tersebut, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan dalam beberapa pasal, sebagai berikut: Pertama, pada pasal 59, diamanatkan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya, berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat. Kedua, pada pasal 60 dinyatakan antara lain bahwa anak dalam situasi darurat adalah anak korban bencana alam. Ketiga, pada pasal 62 dinyatakan bahwa perlindungan khusus tersebut dilaksanakan melalui: 1. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, permukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan; dan 2. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psiko-sosial. Namun, fakta di lapangan terhadap penanganan perlindungan anak di Indonesia pada saat bencana itu terjadi, belumlah optimal, antara lain karena: 1. Penanganan bencana selama ini masih terpusat pada tahap penyelamatan korban, dan belum menyentuh pada pemulihan hak anak korban bencana. 2. Terbatasnya pengetahuan orang tua dan masyarakat tentang perlindungan anak khususnya dalam situasi bencana. 3. Terbatasnya sumber daya bagi perlindungan anak korban bencana. 4. Koordinasi dan kerjasama antara lembaga belum efektif dalam upaya perlindungan terhadap anak korban bencana. Rusaknya bermacam fasilitas menimbulkan masalah tersendiri yang harus dihadapi oleh anak seperti : 1. Masalah gizi. 2. Masalah kesehatan (penyakit menular). 3. Masalah pendidikan. 4. Masalah sanitasi lingkungan karena kurangnya persediaan air bersih, terbatasnya tempat penampungan pengungsi (papan) dan sandang, serta fasilitas bermain. 5. Terpisahnya anak dari orang tua, keluarga, dan komunitasnya. 6. Rentan terhadap tindak kekerasan, eksploitasi, dan perdagangan anak. Langkah-langkah Keselamatan Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan masalah terhadap anak. Selalu terjadi kedaruratan di semua aspek kehidupan. Untuk mengurangi dampak bencana terhadap anak, ada beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu pada saat pra-bencana dan pasca-bencana. Pada saat pra-bencana yang menjadi perhatian dan kajian lebih lanjut adalah: 1. Pemetaan lokasi rawan bencana. 2. Penentuan lokasi yang menjadi tempat pengungsian. 3. Penentuan rute ke lokasi pengungsian. 4. Pelatihan pengenalan tanda-tanda alam dan peringatan dini. 5. Pelatihan kesiap-siagaan di tingkat keluarga dan lingkungan. 6. Pelatihan penangan terhadap anak oleh tenaga guru, kesehatan, pariwisata, dan petugas keamanan. 7. Pengembangan media informasi tentang bencana. 8. Simulasi peran pada saat terjadi bencana dan pasca bencana. 9. Penentuan peran terhadap orang yang mempunyai keahlian khusus seperti dokter, penjaga keamanan, dan perawat yang ada di komunitas. Hal penting yang juga perlu diperkenalkan kepada setiap keluarga adalah konsep “Kotak Keselamatan.” Kotak keselamatan ini berisikan kebutuhan pokok keluarga selama tiga hari dan dokumen penting. Pada saat terjadi dan pasca-bencana yang menjadi perhatian dan kajian lebih lanjut adalah: 1. Perkiraan jumlah bayi, balita, dan ibu hamil yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat) dan ciri–ciri demografinya. 2. Jumlah fasilitas kesehatan dan pendidikan yang berfungsi. 3. Ketersediaan fasilitas tempat bermain anak. 4. Ketersediaan pangan, sandang, dan papan. 5. Tenaga kesehatan dan pendidik yang masih melaksanakan tugas. 6. Kemampuan dan sumberdaya setempat. 7. Proses penyatuan dengan keluarga atau keluarga pengganti. BAB III KESIMPULAN Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Berikut ini ada sejumlah tip yang bisa dijadikan rujukan para orang tua untuk dalam menenangkan dan menenteramkan anak bila mereka bertanya soal bencana, saat tertimpa bencana, maupun pascabencana. 1. Sediakan Waktu 2. Gunakan Bahasa Sederhana 3. Jangan Dibesar-besarkan 4. Pertahankan Rutinitas 5. Berikan Kegiatan Produktif DAFTAR PUSTAKA Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. (2007). Kebijakan Perlinfungan Anak dalam Situasi Bencana. Jakarta: KNPP Putusan Mahkamah Agung No. 2710 K/Pdt/2008 Setiawan B. (2007). Pelajaran dari Yogya dan Aceh: Kapasitas Tata Kelola Resiko Bencana. Jakarta: Kemitraan Cobum.AW (1994). Modul Mitigasi Bencana Edisi Kedua. Cambridge United Kingdom. Peraturan Menteri Dalam Negeri no 33 tahun 2006

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS NOVEL SURAPATI KARYA ABDUL MUIS

STANDAR OPERASI PROSEDUR ( S O P ) PELAYANAN DI KAMAR KARTU / LOKET PENDAFTARAN